Tak ada yang mendustakan bahwa *Al-qur’an itu obat pertama dan utama bagi makhluk yang sakit.*
Tak ada yang mendustakan pula bahwa *setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.*
Maka setali tiga uang, seiring militansi roqy JRA berdakwah, semilitan itu pula setan berjuang mengelabuhi, menipu dan menyesatkan para roqy.
Apa saja bentuk militansi setan?
*1. Meniupkan was-was atau keragu-raguan di hati para roqy*.
– Agar roqy tak percaya diri bahwa ia bisa meruqyah dengan bacaan Al-qur’an, yang dengan ayat2 suci itu Allah akan menurunkan rahmat-Nya berbentuk kesembuhan bagi marqy dan kekuatan bagi roqy.
– Agar roqy takut dengan resiko-resiko yang mungkin mengancam dirinya dan keluarganya dari dendam jin dan para dukun.
– Agar roqy menurunkan kualitas keyakinannya terhadap Al-Quran sebagai syifa, dengan disuguhkannya bacaan2 non Al-qur’an dan metode2 lain non sunnah yang lebih “cetar membahana”, sehingga tidak lagi mengutamakan membaca Al-Qur’an. Akhirnya Al-qur’an hanya menjadi “legalitas formal” semata bahwa ini adalah ruqyah. Namun di kedalaman hati yang tak terjangkau oleh penilaian orang lain, tersimpan dominasi keutamaan metode selain membaca Al-qur’an.
*2. Mengelabuhi dan menipu roqy.*
– Jika marqy sembuh, lisannya tak apa mengucapkan “biidznillah, alhamdulillah, masyaallah, Allahu Akbar, dll”. Tapi setan akan melukiskan sejelas jelasnya sebuah kebanggaan diri, ujub, riya, sum’ah dalam hatinya, melalui hawa nafsunya yang memang ingin dikenali eksistensinya sebagai roqy yang luar biasa manjurnya.
– Setan benar-benar berhasil dengan “pembuktian terbalik” dan “mafhum mukholafah”nya ketika suatu saat seorang marqy tidak sembuh oleh ruqyahnya. Roqy pun mengguratkan wajah lesu dan malu di wajahnya. Mentalnya down, semangatnya luntur. Tak terdengar lagi dari mulutnya “biidznillah, alhamdulillah, masyaallah, Allahu Akbar, dll” sebagai respon atas ke-Maha Perkasanya Allah atas semua makhluknya. Yang tak bisa didikte dalam semua kehendak-Nya.
– Setan pun menggunakan tipuan2 lain, seperti pengakuan2 jin yang menyurupi marqy dengan bahasa dan fakta yang meyakinkan roqy. Seperti ia bersemayam di lukisan kaligrafi, foto ulama, buku barzanji, buku manakib, jimat2 bertuliskan ayat dan doa para ‘alim, dll. Jadilah roqy itu muslim yang tak beradab, yang menghukumi tidak pantas kepada para sufi, para wali dan ulama dengan bekal keterangan palsu para jin kafir yang menyurupi marqynya.
*3. Menyesatkan jalan fikiran dan aqidah*
– Meyakini sebagian ayat manjur, sebagian ayat lainnya tidak manjur. Padahal ayat syifa berlaku bagi semua ayat-ayat Al-Quran.
– Meruqyah dengan menghafal lebih utama daripada membaca. Padahal tidak ada nash perihal tersebut. Justru membaca Al-qur’an dengan membaca mushaf/tulisan lebih utama daripada membaca tanpa melihat mushaf/tulisan. Jangan-jangan hanya karena “gengsi” saja meruqyah sambil membaca mushaf/tulisan, krn akan di anggap amatiran. Percayalah bahwa hal tersebut bagian dari riya atau sombong yang disukai setan-setan.
– Bahwa roqy dengan bacaan ruqyah Al-qur’annya itu lebih mahal secara finansial daripada yang lain, baik dokter maupun obat-obatan. Karena Al-Quran itu mulia, mu’jizat, dan dalih-dalih lain yang disesuaikan dengan keinginannya mendapatkan dunia yang banyak dari ruqyah bacaan Al-qur’annya itu.
– Menggiring roqy pada penganut-penganut madzhab sesat sesuai kesepakatan ulama ahlussunnah wal jama’ah, hanya karena ruqyah mereka terkenal dan manjur. Bacaan mereka lebih baik dan merdu. Larutlah ia dalam “ta’alluq” pada hal-hal yg lebih membahayakan pada level ushul/tauhid.
_Na’udzubillahi min dzalik_
_Semoga bermanfaat_
وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
*Ditulis oleh Ustadz Noor Hadi, PC Sukma Bidara pemalang.