Pada moment pasowanan JRA dengan KH. Said Aqil Siroj (Ketum PBNU), dari PP dan PW JRA tidak menyia-nyiakan moment tersebut untuk “ngangsu kaweruh” dengan menanyakan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:
JRA: “Kyai, mohon pencerahan… Seseorang jadi tukang suwuk (roqy) itu apa karena faktor keturunan atau karena belajar”?
KYAI SAID: “Dua-duanya, prosentasenya menurut saya dari faktor keturunan 40% sedangkan dari faktor belajar 60 %. Artinya ketika punya leluhur yang menjadi tukang suwuk, itu sudah punya modal atau bakat jadi tukang suwuk”.
Dari jawaban tersebut maka dapat diambil pelajaran berharga bagi para roqy-roqiyah JRA bahwasanya bagi sebagian roqy yang memang mempunyai darah keturunan tukang suwuk harus terus belajar agar bakatnya dapat semaksimal mungkin bermanfaat bagi banyak orang.
Disamping itu, bagi roqy-roqiyah yang tidak mempunyai darah keturunan tukang suwuk dapat memaksimalkan kemampuan dirinya dengan cara belajar dan belajar. Maka pada saatnya nanti anak-cucunya yang akan meneruskan perjuangan dakwah melalui media suwuk itu sebagai seseorang yang mempunyai darah keturunan tukang suwuk.
Belajar suwuk di JRA diawali dengan mengikuti Pelatihan Praktisi dan Ijazahan yang langsung dibimbing oleh Mujiz JRA, yakni Gus Allama ‘Alauddin Shiddiqy (Gus Amak). Pengamalan ilmu suwuk di JRA adalah 70% praktek dan 30% teori, maka cara belajar terbaik menjadi tukang suwuk atau praktisi ruqyah JRA adalah dengan cara praktek, yakni terus menerus melakukan ruqyah baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Salah satu media belajar meruqyah tersebut adalah dengan menjalankan intruksi Gus Amak dan PP YJRA, yaitu mengadakan ruqyah massal di wilayah masing-masing cabang JRA. Ruqyah massal sebaiknya terus diadakan, karena mempunyai dua manfaat; Pertama sebagai sarana dakwah pengobatan bil-qur’an kepada masyarakat. Kedua sebagai sarana para roqy melatih dan mengasah kemampuannya dalam meruqyah.
Selain itu Kyai Said juga menambahkan bahwa suwuk yang paling utama adalah surat Al-fatihah.
Maka di JRA sendiri telah ditentukan ruqyah standard dan ruqyah mandiri yang harus diajarkan kepada kaum muslimin dengan membaca lima surat, yakni : Al-fatihah, ayat Kursi, Al-ikhlas, Al-falaq dan An-nas.
Kemudian Kyai Said juga telah menyanggupi menjadi Pembina JRA, dan berjanji hadir di acara Silatnas IV JRA, 22 Desember 2019 di Purwakarta sebagai salah satu pemateri dan akan mengijazahkan Hizb Wiqoyah kepada praktisi-praktisi JRA.
*”AYO HADIR SILATNAS IV PURWAKARTA”*
*Penulis:*
Noorhadi,
Ketua PC Sukma Bidara Pemalang
*Narasumber:*
Gus Ali, Ketua PW JRA Jateng (Menyusul PP YJRA datang ke Gedung PBNU bersama beberapa PW Jateng)