Kejadian ini terjadi pada malam rabu 5 maret 2019 kemarin, Seorang gadis cantik muda (sebut saja fatimah, samaran) mahasiswa UNU Yogyakarta pasca mengikuti Ruqyah Massal di Balai Desa Srimartani dalam rangka rangkaian HARLAH NU 93 terjadi reaksi dan dibawa diruang isolasi untuk mendapatkan penanganan khusus dan setelah ditangani para praktisi maka para praktisi menyimpulkan bahwa dia membutuhkan RTL (Rencana Tindak Lanjut) karena terindikasi sihir yang didukung pengakuan bahwa si-Fatimah pernah dilamar seseorang namun tidak berlanjut. RTL yang dimaksud adalah kunjungan rumah untuk pencarian buhul, pentralisiran rumah, dan pengeluaran jin kiriman dari dukun dari dalam tubuh marqiyah.
Malam itu jarum jam menunjukkan 21.30 wib, suasana hujan kami berboncengan motor menuju rumah yang dituju disebuah pegunungan dengan pepohonan hutan alaminya yang sampai sekarang masih dikenal wingit/angker. Diiringi rintik hujan kami naik gunung sampai di bawah tanjakkan kami sudah ditunggu seorang teman praktisi sebagai petunjuk jalan disana, motor kami parkirkan diwarga dan dilanjutkan dengan berjalan kaki melewati pohon-pohon khas hutan alami dengan penerangan senter HP menambah khusuk suasana.
Kami bertiga sampai akhirnya sampailah di sebuah rumah yang dikelilingi pepohonan alami, kami disambut seorang kakek tua yang mempersilahkan kami masuk. Didalam rumah sudah tersedia makanan-makanan dan minuman yang sepertinya memang sudah disediakan untuk menghormati kedatangan kami. Sebenarnya kami dijadwalkan akan datang bersama tim, namun berhubung banyak yang berhalangan maka yang bisa datang hanya kami bertiga, dan sebenarnya kami bertiga adalah praktisi baru yang beberapa bulan yang lalu mengikuti pelatihan sehingga ini kali pertama menghadapi kasus sihir. Karena sudah dijadwalkan dan demi untuk tidak mengecewakan sohibul hajat maka tidak ada pilihan lain selain terus maju, saya sadar yang kami hadapi bukan kasus ringan, dalam hati berucap rawe-rawe rantas-malang malang putung, apapun yang terjadi terjadilah, sudah tidak mungkin mundur lagi, Ya Allah berilah pertongonan hambamu, kami sedang menjalani perintah-Mu, kami sedang menjalani perintah Guru kami untuk tidak menolak jika ada yang meminta pertolongan. Yang saya ingat nasihat Guru sekaligus Mujiz kami adalah dukun tidak menang dari arah manapun.
Sejenak kami ngobrol santai, dan menjelaskan bahwa nanti akan ada 3 tahap yaitu mencari buhul dan menetralisirnya, ruqyah marqi untuk mengelurkan jin kiriman, dan mandi grounding. Karena sudah malam maka kami langsung memulai dengan membuat air asma’ untuk penetralisiran, yang kami bacakan bacaan ruqyah standar, ayat pembatal, sihir dan kami tambah doa imam syafi’i.
Proses pencarian buhul pun dimulai, saya berfikir tidak mungkin untuk menggunakan marqi untuk mencari buhul karena selain berbahaya, kondisi marqi terlihat lemah dan dalam pengaruh gangguan gaib, ditambah lingkungan yang berasa wingit. Dengan menggunakan teknik tawassum saya menemukan titik-titik dengan getaran tinggi didepan dan sekeliling rumah, kemudian saya semburkan air asma untuk menetralisir. Getaran tinggi juga saya rasakan diatas langit-langit dan berterbangan, untuk ini tidak mungkin semburan air asma mencapainya maka jalan satu-satunya dengan menggunakan tekni isyaroh, saya menarik sekuat-kuatnya dan memindahkannya ke gunung tak berpenghuni.
Dirasa sudah netral dan tidak ada getaran lagi, pencarian buhul kami lanjutkan kedalam rumah, getaran tinggi saya rasakan berasal dari sebuah kamar. Dan setelah saya tanyakan ternyata kamar tersebut milik marqi, setelah kami minta izin masuk kamar saya lanjutkan pencariannya. Energi besar tertuju dan memusat pada satu titik, firasat saya inilah buhul yang digunakan si dukun untuk mengirim sihirnya. Saya tidak merasakan energi lain selain dari benda ini, bentuk benda ini sangat sederhana, karena hanya sebuah namecard (kartu nama) bertuliskan nama marqi dengan pita terikat yang digunakan untuk ospek mahasiswa baru.
Untuk meyakinkan saya bawa keluar benda itu, dan saya tawassum, lagi-lagi getaran energi besar berasal dari benda itu dan tidak ada yang lain lagi. Saya tarik dengan teknik isyaroh dipindahkan ke gunung lain kemudian dinetralkan dengan air asma, saya minta izin kepada marqi untuk dihancurkan dengan cara membakarnya.
Tahap berikutnya adalah meruqyah marqi, sebelum meruqyah marqi kami membuat air asma terlebih dahulu. Kebetulan telah tersedia se-ember air hujan dan garam grosok, kemudian kami bacakan ruqyah standar, dan ayat pembatal sihir. Saya mencari lokasi lantai yang masih tanah, dan membuat garis kotak kemudian dibacakan ayat sebagai pagar untuk menghindari gangguan dari luar. Diikuti keluarga, saya minta marqi untuk masuk kedalam garis kotak tersebut.
Saya mulai berkomunikasi dengan jin yang berada didalam tubuh marqi dengan menggunakan metode Tahdid. Baru beberapa saat komunikasi, marqi sudah mulai terlihat bereaksi, tangan mulai mencengkeram, tubuh bergetar, mulut mengeluarkan suara – suara khas bangsa jin. Entah berapa jin yang sudah kita ajak komunikasi, diajak untuk memeluk agama Islam, kita putuskan tali ikatan, dan kita pindahkan ke masjid agung. Ada yang bersuara hewan, anak kecil, wanita, meraung, sampai yang hanya mengeram saja. Beberapa kali marqi muntah-muntah, saya memberitahu keluarga untuk tetap tenang karena sering yang masuk ketubuh seseorang jumlah jin-nya banyak. Marqi mulai lemas terkulai tak berdaya dan ditopang ayah serta adik lali-lakinya.
Saya sudah mandi kerinangat saat itu, tiba-tiba marqi bersuara lagi namun dalam bahasa asing, seperti bahasa jepang. Karena saya tidak paham saya coba untuk merubah bahasa ke Indonesia, namun masih tetap bahasa yang tidak saya pahami, akhirnya tidak ada pilihan lain selain saya tarik dan pindahkan ketempat lain. Baru saja selesai memindahkan jin Asing, marqi bersuara lagi, kali ini dalam bahasa Inggris. Meskipun bahasa inggris saya tidak begitu bagus tapi masih sempat mendengar, Jin-nya berkata : ”I kwow you, you don’t know me, .. etc”, wahh bahasa Inggris saya belepotan, tapi gak papalah, saya ajak komunikasi :
Saya : “Can you speak Indonesian ?”
Jin : “No, Ican’t speak Indonesian”
Saya : “You must go from this body !, you are insert to this woman alone or sended” (sambil mikir bahasa inggrisnya kata-kata berikutnya :-))
Jin : “….” (titik2 karena tidak paham yang diomongkan :-))
Saya : “Show me you’re (mikir tali/ikatan bahasa inggrisnya apa ya … :-)) …, You must go from here or I will harm you”
Jin : “I don’t want go”
Saya : “Choose .. I will send you to palace with a lot of you’re friends there, like a mosque or Yogyakarta State Unirsity or I will build you building beautiful !”
Jin : “ I don’t want”
Setelah nego beberapa saat akhirnya jin saya keluarkan dan dipindah ke masjid PTN di Yogyakarta
Marqi kemudian kita mandikan dengan air asma atau mandi grounding untuk membuang bekas-bekas sihir dalam tubuhnya.
Baru selesai mengguyurkan air ketubuh, marqi sudah bereaksi lagi, dan berteriak-teriak “Kamu tidak bisa melawan saya, kamu tidak akan bisa mengeluarkan saya, dukun saya terlalu kurang ajar, saya diikat disini, ikatan saya banyak, ikatannya diseluruh tubuh anak ini, saya tersiksa disini, saya sakit, saya ingin pergi tapi tidak bisa, saya kasihan dengan anak ini, dia disakiti agar tidak bisa menikah, agar dia bunuh diri, agar impas, saya Islam, saya cinta Allah, saya ingin pergi tapi saya takut, takut dengan dukun saya”. Saya katakan : “Tunjukkan ikatanmu saya lepaskan”. Jin itupun menunjukkan satu per satu ikatan yang membelenggunya, semua titik dia sebutkan, sampai pada organ yang sangat pribadi dan jin nya berkata ”Sudah saya katakan kamu tidak akan bisa mengeluarkan saya, saya diikat terlalu banyak di **** (sensor), kamu tidak akan berani menyentuhnya”. Saya berkata kepada ibu marqi untuk memegang daerah tersebut dan saya lepas ikatan melalui ibunya, Jin itu berkata pada si ibu ”cepat pegang, kamu mau anakmu selamat tidak, disini .. disini .. disinii”. Sambil memegang anak perempuangannya, terdengar isak tangis si Ibu Marqi. “Sabar ya bu ..” ucap saya menenangkan si Ibu.
Setelah ikatan terlepas, Jin berkata takut dengan dukun yang mengirimnya. Akhirnya saya tawarkan beberapa tempat, namun tidak disanggupi. Kemudian saya tanyakan pengen tinggal dimana, Si Jin berkata ingin ditempat pak Kyai Sholih (nama samaran) tapi takut nanti dibakar. Saya katakan, saya yang akan minta izin kepada pak Kyai untuk menerimamu sebagai santri. Al Hasil jin saya keluarkan dan saya kirim ke masjid tempat pak Kyai tinggal, kamu akan aman disana dan tidak akan diganggu oleh dukun yang mengirimmu lagi. Beribadahlah dan mengaji dengan pak kyai.
Setelah mandi grounding, dan semua bersih-bersih, malam itu kami tutup dengan amaliah Rotibul Haddad, membaca doa Imam Syafi’I dan Wirdul Syakron. Tuan rumah mempersilahkan kami untuk menikmati hidangan.
Terakhir untuk Tahsinat (perbentengan) kami tuliskan wirid Fakkus Sihri agar dibaca 21x selama 21 hari tiap pagi & petang, amaliah wirdul Syakron, serta tetap mandi grounding selama 7 hari. Saat itu jam menunjukkkan pukul 01.15 WIB ketika kami pamit pulang. Alhamdulillah.
*) Semoga bisa menyemangati teman-teman praktisi terutama yang masih baru seperti saya dimanapun untuk praktek, berdakwah bil Qur’an dan mengamalkan ilmu JRA
SALAM DAN TERIMA KASIH UNTUK GURU KAMI GUS AMAK
Bantul, Maret 2019
Ahmad Muhsin – Praktisi JRA Bantul