Media sosial ketika digunakan dengan baik, maka hasilnya juga akan sangat baik. Khususnya, untuk media berdakwah, media sosial ini sangat membantu. Media sosial dapat menembus tanpa batas. Siapapun dapat melihat postingan kita, Siapapun dapat membagikan (Share) postingan kita. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan media sosial ini dengan baik. Sangat eman dan merugi, jika media sosial ini hanya kita gunakan untuk bermain saja. Apalagi, di zaman milenial seperti sekarang ini, umum sudah banyak orang yang telah memiliki smartphone/Android dimana disana sudah terpasang berbagai media sosial.
Hal tersebut kami rasakan, awalnya kami posting tentang gurah dan manfaatnya. Isi dari postingan tersebut sebagai berikut :
Para calon qori’ ini minta gurah, biar suaranya cling cling. Ada juga yang punya keluhan di area kepala. Gurah ini mengeluarkan lendir lendir, riak, dan lain lain untuk keluhan keluhan di area atas. Ada yang pernah Gurah? Bagaimana rasanya? 😀 😀 😀
Dari postingan di media sosial tersebut, tiba tiba ada yang inbox saya yang isinya adalah Beliau ingin gurah karena ketika batuk sering mengeluarkan lendir. Ternyata yang menghubungi saya ini adalah Bapak Polisi. Beliau pun meminta digurah dan meminta kami untuk datang ke kantornya.
Pada waktu yang telah ditentukan, kami pun datang ke Mapolsek yang dimaksud. Kami pun berbincang santai, kemudian membahas lebih detail tujuan kedatangan kami.
“saya mau gurah saja Ustadz, ini kalau saya batuk itu mengeluarkan lendir”, Kata Bapak Polisi
“maaf Pak, apa sudah pernah Ruqyah?”, tanya kami kepada Beliau
“Belum pernah”, Kata Pak Polisi menjawab singkat
“Monggo, jika berkenan kita lakukan Ruqyah dulu Pak sebelum Gurah. Sebagaimana yang diajarkan oleh guru kami bahwa Alqur’an adalah obat yang pertama dan utama bagi makhluk yang sakit. Ruqyah ini do’a dengan ayat Alqur’an dengan niat berobat, insyaAllah penyakit medis maupun non medis akan sembuh atas izin Allah SWT.”, Kata kami menjelaskan kepada Beliau tentang Ruqyah
“iya Ustadz, monggo…”, jawab Bapak Polisi tersebut berkenan untuk Ruqyah terlebih dahulu sebelum gurah
“Alhamdulilah, insyaAllah hasilnya akan optimal. Pertama kita Ruqyah dulu, selanjutnya bisa gurah, Bekam, Totok, dan lain lain… Jadi, Ruqyah ini semacam mengetuk pintu langit, kalau sudah terbuka (Allah SWT meridloi, red), insyaAllah ikhtiar yang kita lakukan akan diijabah oleh Allah SWT.”, lanjut kami menerangkan
Selanjutnya, kami pun melakukan proses Ruqyah. Pada kesempatan ini, kami gunakan Ruqyah dengan metode zalzalah sebagaimana yang diajarkan oleh guru kita, Gus Amak. Pada saat Ruqyah tersebut, Beliau merasakan panas di sekujur tubuhnya (padahal ruangan ber-AC), Beliau pun akhirnya muntah hebat. Setelah proses Ruqyah selesai, kami lakukan netralisir dan relaksasi. Beliau kami minta untuk istirahat terlebih dahulu sebelum dilakukan gurah.
Setelah beristirahat cukup, kami pun melanjutkan dengan proses gurah. Gurah yang dilakukan adalah gurah hidung dan tenggorokan. Fungsi dari Gurah ini, akan mengeluarkan lendir lendir, riak, dan lain lain pada area tubuh atas.
Kami pun menyiapkan Cairan gurah yang telah kami racik tadi di rumah. Racikan ini disebut dengan Racikan Gurah ala TGT, tidak menggunakan Bahan Srigunggu. Racikan ini rasanya halus dan juga dapat mengeluarkan lendir yang banyak.
Setelah siap semuanya, prosesi gurah kami dahului dengan do’a syifa’ dan mohon pertolongan kepada Allah SWT agar dimudahkan dan diijabah apa yang dimaksud.
Proses gurah pun dilakukan. Benar saja, selang saty menit, reaksi pun terjadi. Beliau langsung tengkurap dan mengeluarkan semua lendir dan riak riak dari hidung dan mulut. Gurah ini memang membutuhkan waktu cukup lama, biasanya minimal 1 jam untuk mengeluarkan semua lendir, riak, dan lain lain tersebut. Sesekali, kami bantu dengan Totok ala TGT di area Kahil dan PK. Saat kami lakukan itu, Beliau akan bereaksi dan mengeluarkan lendir dan riak lebih banyak lagi.
Alhamdulilah, prosesi Gurah telah selesai. Kami pun bersyukur kepada Allah SWT telah mempermudah kami, juga telah mendakwahkan Al-Qur’an sebagai obat pertama dan utama bagi makhluk yang sakit. Teranglah bagi kami bahwa pintu masuk dalam berdakwah bisa dari mana saja, bisa dari orang minta gurah, minta bekam, minta pijat, minta totok, minta refleksi, atau yang lain. Yang terpenting, setelah pintu terbuka dan masuk, maka kita dakwahkan bahwa Al-Qur’an sebagai obat pertama dan utama bagi makhluk yang sakit. Kita yakinkan kepada Beliau bahwa sebelum melakukan ikhtiar pengobatan lain, kita berobat dulu dengan wasilah Al-Qur’an (Ruqyah, red).
Semoga kisah ini dapat menjadi tambahan referensi pengalaman sodara2ku semua. Semoga Allah SWT memberikan kita keteguhan, kemudahan, dan istiqomah dalam mendakwahkan Al-Qur’an sebagai syifa’.
Salam Persodaraan,
Kang Akhlis, Praktisi JRA LKP Situbondo