Buleleng – Pengurus Besar Nahdhatul Ulama (PBNU) melalui departementasi organisasi dakwah otonom NU, yakni Lembaga Dakwah NU (LDNU) meminta seluruh elemen Jamiiyyah Ruqyah Aswaja (JRA) meminta agar organisasi sayap ruqyah ini turut menjaga NKRI. Ini ditegaskan Ketua LDNU Pusat, KH Agus Salim Sholeh, jumat (21/8). Penegasan ini dikatakan kiai asal Betawi tersebut dalam kesempatan pembukaan rakernas II di Hotel Pondok Sari, Buleleng, Bali.
“NKRI harga mati adalah jargon yang konkrit dan harus dijaga betul demi kemaslahatan umat, khususnya dalam konteks bernegara. JRA harus memiliki irama yang sama dalam aras perjuangan PBNU dalam menjaga dan merawat ke bhinekaan,†tegasnya.
Dikatakanya, hal ini merupakan standar baku dakwahn NU yang tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), adil dan rahmatan lil alamin. Implementasinya adalah dengan menyelaraskan semangat juang anggota JRA dengan semangat kebangsaan.
“Artinya apa, mereka ini (JRA, Red) adalah pengemban amanah dan nilai keislaman otentik yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah. Harus sesuai denga aras perjuangan NU dan pendiri bangsa ini,†tandasnya.
Faktanya, saat ini kelompok kelompok intoleran yang terus berupaya merongrong NKRI, tetap menunjukkan eksistensinya. Kondisi ini, menjadi perhatian serius NU dan seluruh elemen yang memiliki komitmen yang sama.
Di kesempatan yang sama, Ketua Umum PP JRA, Gus Abdul Wahab mengatakan hal senada. Dalam sambutannya, Gus Wahab yang akrab disapa Kang Doel ini menegaskan komitmen JRA untuk berdakwah sesuai akidah ahlussunnah wal jamaah annahdliyyah sekaligus menguatkan semangat kebangsaan dalam bingkai NKRI.
“Tidak bisa dipungkiri, gerakan gerakan secuil kelompok yang berbungkus agama dengan meminggirkan perbedaan, kemajemukan dan toleransi, terus mencuat. Ini menjadi PR bagi JRA selain tentu dakwah dengan media ruqyah,†ujarnya.
Menanggapi hal itu, JRA tidak boleh diam. Melainkan terus membangun militansi anggotanya untuk syiar pengobatan islami sekaligus menjaga kohesi kebangsaan dalam menjaga keutuhan NKRI.
“Kembali ke khittoh ruqyah berbasis alqur’an dan ahlussunnah wal jamaah, merupakan jargon tematik yang selaras dengan kondisi saat ini. Sebab, JRA menjadi wasilah kebaikan bagi semua makhluk, tanpa mengenal agama, ras dan golongan, bahkan pada dimensi astral sekalipun. Ini lah ruh dari syiar aswaja yang rahmatan lilalamin,†pungkasnya.
Untuk diketahui, pembukaan Rakernas II di Buleleng Bali tersebut, juga dihadiri Muspida setempat, kalangan adat, pecalang dan tokoh tokoh lokal. KH Agus salim berkesempatan membuka acara yang digelar tiga hari itu dengan memukul gong sebanyak 9 kali sebagai simbolisasi NU. (mcJRA