Teknik sentuhan, dan usapan dan tiupan dlm ruqyah tidak sekedar stimulus, tapi itu sunnah nabi
Dalam ilmu hypnosis, stimulus ini mempunyai posisi penting dlm proses terapi.
Ada sebagian pola dalam keilmuan hypnosis, yang istilah yang didefinisikan :
“Any stimulus that is associated with a specific response”,
yang dapat diartikan secara bebas sebagai :
“Setiap stimulus yang akan memicu suatu reaksi spesifik tertentu.”
Sehingga pola2 stimulus awal, sangat menentukan dlm teori hipnosis.
Nah… Dlm praktek ruqyah, disebutkan ada metode sentuhan dan usapan, serta tiupan
Terlepas dari analisa sementara orang, bahwa usapan, sentuhan itu termasuk salah satu pola yg biasa dipake utk stimulus. Jika itu dalam kerangka teori duniawi, tentu itu sah2 saja.
Namun bagi praktisi ruqyah, melakukan praktek terapi dgn meletakkan tangan, atau dengan mengusapkan tangan, maksudnya tdk hanya sekedar stimulus, tapi melakukan sunnah nabi Muhammad SAW.
Sebagai Muslim, tentu meyakini bahwa selain mendapatkan pahala, melakukan sunnah nabi juga mempunyai sirr (rahasia) dan hikmah tertentu yg sering kali efeknya di luar nalar manusia.
Dalam hadits riwayat Imam Bukhori :
عن عائشة ان النبي ص.م كان يعوذ بعض اهله يمسح بيده اليمنى، ويقول : اللهم رب الناس أذهب البأس واشفه وانت الشافى لا شفاء الا شفائك شفاء لا يغادر سقما. (رواه البخاري)
“Dari Aisyah r.a. bahwa nabi saw memberi perlindungan kepada sebagian keluarganya dengan MENGUSAPKAN tangan kanan beliau, dan berdoa : “Allohumma roban nas. Adzhibil ba’s, wasfihi wa antas syafi laa syifaa illa syifauka syifaan la yughodiru saqoman”. (HR Bukhori)
Lalu metode meletakkan tangan, dipraktekkan oleh Nabi dalam hadits berikut :
عن عثمان بن العاص انه شكا الى رسول الله وجعا يجده فى جسده مند اسلم، فقال النبي ص.م. “ضع يدك على الذى تألم من جسدك، وقل : بسم الله ثلاثا وقل سبع مرات اعوذ بعزة الله وقدرته من شر ما أجد وأحاذر”. (رواه مسلم)
“Pasca Utsman bin Ash masuk Islam, dia mengeluhkan sakit yg dideritanya pada Rasulullah SAW, lalu nabi Bersabda :”LETAKKAN TANGANMU pada bagian jasadmu yang sakit, lalu bacalah bismillah 3x, dan a’udzu binizzatillahi wa qudrotihi kin Syarri maa ajifu wa uhaadir 7x” (HR Muslim)
Selain dua hadits di atas, ada juga kejadian yang dialami oleh sebagian ulama kita, bahwa nabi mengobatinya dalam mimpi dgn meletakkan tangan beliau di tempat yang sakit.
قال بعض الصالحين
اصابنى وجع شديد فرايت النبى صلى الله عليه واله وسلم فى المنام قد وضع يده على راسى وقال
بسم الله ربى الله حسبى الله توكلت على الله اعتصمت بالله فوضت امرى الى الله ما شاء الله لا قوة الا بالله
ثم قال اكثر من هذه الكلمات فان فيها شفاء من كل سقم وفرجا من كل كرب ونصرا على الاعداء
“Sebagian ulama Solih bercerita : “Saya terkena sakit parah, lalu saya bertemu Nabi SAW dalam mimpi, sungguh Nabi MELETAKKAN TANGAN beliau di atas kepalaku, dan membaca : Bismillahi robbiyalloh hasbiyalloh tawakkaltu ‘alalloh i’tashomtu Billah fawwadltu amrii ilalloh maa syaa-a Alloh La Quwwata illa Billah.
Lalu beliau berkata : Perbanyaklah membaca kalimat ini, sungguh di dalamnya terdapat obat bagi setiap penyakit dan solusi dari setiap kesusahan dan pemenang dari musuh.”
(Abwabul Faroj hal. 44)
Nah, sekarang jelas, bahwa ttg teknik usapan dan sentuhan, atau tiupan bukan sekedar anchor, tapi itu adalah sunnah nabi yg pasti mempunyai sirr (rahasia) tersendiri dari Alloh SWT.
Tentang faidah dari ttg teknik ruqyah, terutama tiupan, Qodli Iyadh dawuh :
قال القاضى عياض: وفائدة النفث التبريك بتلك الرطوبة أو الهواء والنفس المباشرة للرقية والذكر الحسن، كما يتبارك بغسالة ما يكتب من الذكر والاسماء الحسنى
“Faidah TIUPAN adalah ber tabarruk dengan basahnya kandungan air dari tiupan, atau anginnya dan nafas dari roqi yg ada bergabung dgn unsur dzikir pada Alloh. Sebagaimana bertabarruk dgn air basuhan dari sesuatu yg ditulis dgn dzikir dan asmaul Husna”.
Oleh karena semua itu dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sehingga Ibnul Hajj mengatakan :
وقال ابن الحاج : النفث عقيب الرقى فهو مستحب
“TIUPAN yang mengiringi ruqyah adalah disunnahkan”.
Jadi, ruqyah, yg berperan bukanlah kekuatan logika, akan tetapi langsung kuasa Alloh. Sedangkan Alloh Maha Kuasa Segala2nya.
Sehingga tidak ada yg tidak bisa disembuhkan jika Alloh mengizinkan.
Oleh karenanya Imam Syafiiy dawuh :
قال الامام الشافعى ر.ض. : فما احتجت معه الى طبيب قط باذن الله تعالى فانه هو الشافى
“Dengannya saya sama sekali tidak membutuhkan dokter, karena Dia adalah Maha PENYEMBUH”
#Go_Silatnas4JRA_Purwakarta
#JRA_Yess
#Ruqyah_Ok
Al-Faqir : Masrur_Aura