Rintik-rintik hujan, ikut mewarnai gelaran malam puncak Harlah JRA (Jam’iyyah Ruqyah Aswaja) ke -7 di Pondok Pesantren Uwais Al Qorni (PPUQ) di Jl. Pegi RT 02 RW 06, Karangkidul, Sidomukti, Kenduruan, Tuban.
AHAD Legi, 4 Pebruari 2024 kemain, hampir seluruh wilayah Tuban dan sekitarnya diguyur hujan yang sangat lebat. Mulai pukul 12 siang hinga memasuki waktu maghrib. Menariknya, panitia tidak risau, tetap tenang dan menjalankan aktifitasnya. Mungkin panitia menilai bahwa ini semua rahmat yang patut disyukuri.
Di Pondok Pesantren Uwais al Qorni sendiri sejak pagi sudah full kegiatan. Salah satunya adalah acara puncak atau penutup Khotmil Qur’an yang sudah dilakukan sebelumnya oleh praktisi dari seluruh Indonesia, dari mulai 17 sampai 29 Januari 2024. Dari Sabang, Aceh. Wilayah paling barat Indonesia sampai Merauke, Papua. Wilayah paling Timur Indonesia. Acara Puncak Khotmil Qur’an itu sendiri berakhir 11.30 WIB.
Sebelum malam puncak, yakni tepatnya Sabtu malam, 3 Pebruari 2024, dengan dihadiri hampir semua pengurus PP JRA yang baru termasuk Ketua Umum, Gus Ali Sofyan, M.AB. Sekjen, Gus Akhlis Munazilin M.T., dan juga Gus Imam Bukhori yang membidani hukum berhasil melakukan rapat Pleno. Yakni, sebuah rapat dimana semua pengurus dan divisi menuntaskan program kerjanya untuk dijadikan acuan perjalanan JRA 5 tahun ke depan.
Kantor JRA
Rangkain acara dilanjutan. Usai melaksanakan sholat Dzuhur, yakni sekitar pukul 13.00 WIB semua pengurus dan praktisi JRA yang hadir diajak untuk menyaksikan peletakan batu pertama pembangunan Kantor Baru JRA. Artinya, kantor Pusat JRA yang semula di Podok Pesantren Sunan Kalijogo, Jombang.
Sebelum dilakukan peletakan batu pertama, Pembina JRA sekaligus pengasuh PPUQ, Gus Allama Alaudin Shiddiqi, M.Pd.I mewakafkan tanah miliknya seluas 10m x 15m untuk dijadikan kantor JRA. Sebelum penyerahan tanah wakaf ini dilakukan, terlebih dahulu dokumen ditandatangani Gus Amak—sapaan akrap Gus Allama Alaudin Shiddiqi—juga ditandangani istri tercintanya. Tanda tangan juga dilakukan Ketua Umum JRA yang baru Gus Ali Sofyan, M. AB. Dengan disaksikan semua praktisi dan pengurus yang hadir, dokumen penting itu akhirnya diserahkan Gus Amak kepada Gus Ali Sofyan, ketua umum JRA. “Dengan kesadaran tinggi, saya dan istri dengan penuh ikhlas mewakafkan sesuatu yang terbaik dan saya sayagi untuk R. Semoga JRA kedepan semakin berkembang dengan baik,” harap Gus Amak usai meyerahkan tanah wakafnya.
Ijazah Qiro’ah Sab’ah & ‘Asyrah
Rangkain acara terus bergulir. Usai sholat Ashar, dan bertempat di ndalem Gus Amak, bersama Kyai Ahmad Faizin (Pendiri Yayasan Ar Roudloh Masitah Jaya Jember) para praktisi mendapatkan ilmu yang sangat berharga, yakni Ijazah Qiro’ah Sab’ah dan ‘Asyrah.
Banyak yang dipelajari dari ijzahan ini, diantaranya mengenal ilmu Qira’at, urgensi mempelajari ilmu qira’at, mengenal imam qira’at, bimbingan metode tahsinat qira’at Sab’at, pengambilan sanad alfatihah jama’ Asyrah sughra.
Ijazahan yang diikiuti para praktisi dan kiai ini berjalan dengan lancar, meski diguyur dengan hujan yang sangat deras. Tapi semua menikmati dan mengikuti dengan penuh khidmat. Acara ijazahan ini sendiri berlangsung hingga pukul 18.00 WIB.
Tahlil Akbar
Mengawali acara puncak Harla ke-7, dibuka dengan lantunan sholawat dari Majlis Sholawat Attabassam dari Rangel-Tuban, yang dilanjutkan dengan tahlil akbar. Tawassulan alfatihah dipimpin oleh Sekjen JRA, Gus Akhlis Munazilin M.T kepada Kanjeng Nabi, para sahabat nabi, tabiin, juga Syekh Abdul Kadir Al Jilani.
Fatihah juga ditujukan para Sunan Walisongo, para masyayikh Nahdlotul Ulama, kedua orang tua kita, para sesepuh pinisepuh Tuban, para guru, kaum mu’minim wal u’minat, muslimat muslimat, wabil khusus para praktisi JRA yang telah terlebih dulu meninggal yang tersebar di seluruh Indonesia. “Semoga perjuangan para praktisi yang telah mendahului kita, dan memperjuangan alQur’an sebagai syifa’, amalnya diterima di sisi Allah SWT,” doa Gus Akhlis.
Beliau juga berharap, “semoga keberkahan selalu menyertai JRA pada Harlah ke-7 ini. Dan semoga ke depan kita tetap istiqomah, tetap diberikan hidayah, inayah dri Alloh SWT,” tutup Gus Akhlis yang dilanjutkan doa tahlil yang dipimpin oleh Kiai Mashadi Abrori M.Pd.
Indonesia Raya
Acara puncak Harla JRA ke-7 pun dibuka dengan lagu kebangsaan Idonesia Raya, yang dilanjutan dengan Yalal Waton dan Mars JRA.
Lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an dari Ustad Nur Hadi yang dibuka surat Yunus 57 dan diakhiri Surat al Hasr 21. Dan dilanjutkan sholawat mahalul Qiyam dari Majlis Sholawat Attabassam yang diikuti seluruh pengurus dan Pembina termasuk Gus Allama Alaudin Shiddiqi dan KH Nur Halim, Habib Abdullah dari Pati dan juga ketua umum JRA. Gus Ali Sofyan M. AB.
Usai mahalul Qiyam, dilanjutkan pengukuhan Pengurus Pusat JRA resafle yang dibacakan oleh Gus Imam Bukhori.
Pengukuhan Pengurus Pusat yang baru dibacakan oleh Gus Imam Bukhori SH. Sebelum pengukuhan terlebih dulu dilaporkan bahwa Hasil Rapat Leno Pembina dan Pengawas menarik surat keputusan pengurus lama dan meerbitkan surat keputusan yang baru. Resafle pengrus yang baru berlaku mulai ditetapkan sampai 20 Desember 2027.
Gus Ali Sofyan meyakini dengan semangat baru, dengan anggota baru di pengurus pusat bisa membuat JRA ini semakin berkembang dengan baik. “Kami akan berusaha dan berupaya memberikan kontribusi terbaik kami, memberikan segala upaya untuk JRA, sehingga JRA benar-benar bermanfaat untuk umat dan masyarakat.” Ujarnya.
Beliau juga memohon dukungan serta kejasama semua pihak, baik pengurus pusat, wilayah, cabang, anak cabang , ranting bahwa hari ini kita membutuhkan kesatuan pikiran, kesamaan persepsi, , saling bergandengan tangan untuk memberikan kontriusi terbaik kita untuk JRA. “Semoga pada khidmat kita ini bisa membawa JRA yang rahmatallil alamin, dan semoga bisa memberikan kontribusi nyata untk umat dan rakyat, Harapnya.
Agungkan Al Qur’an
Sementara itu, Gus Amak menilai dengan berdirinya Kantor Pusat JRA di PPUQ akan banyak bermanfaat. Karena nantinya JRA memiliki kantor resmi dan itu milik JRA.
BukaN itu saja, nantinya masyarakat sekitar juga akan memanfaatkan keberadaan JRA. “ Khusus masyarakat Sidomukti kalua berobat di JRA pusat ini, gratis.”
PPUQ ini dulunya merupakan tempat angker. Bahkan dipakai tempat membakar bata selalu tidak matang dan horror, banyak makhluk yang tidak kaat mata. Alhamdulillah sekarang sudah baik.
Selain itu, Gus Amak juga memberikan fatwa kepada pra praktisi bahwa Kalau nyuwuk itu hendaknya mengagungkan al-Qur’an dan meremehkan atau menganggap kecil penyakit. Selain itu, Kalau bisa kembangkan kemampuan anda sebagai tukang suwuk yang konferhanship, professional, mengatasi masalah tanpa masalah. “Sebab njenengn itu kalau sudah seperti ini sudah harus siap apa-apa. Termasuk menghadapi penyakit dan masalah apapun pada pasien,”pinta Gus Amak.
Silatul Billah
Diiringi hujan rintik-rintik, KH Nur Halim menyampaikan mauidhoh Hasanah. Beliau bertanya-tanya jaman walisongo, dimana Jawa dikuasai oleh Animisme, dinamisme, penganut Hindu, Budha, tidak memiliki agama juga banyak , padahal dakwah mereka ketika itu jauh beda dengan dai sekarang yang hebat-hebat.
Dai sekarang seribu umat yang datang ke acara pengajian sekarang ini, dengan kalimat yang hebat, pantun yang menarik, tapi bagaimana atsaru dakwa atau apakah dakwanya membekas dalam hati para jamaah yang hadir atau berpengaruh pada yang didakwai. Misalnya dapat materi perintah tentang sholat, apakah mereka langsung sergep sholat begitu pulang ke rumah. Diberi peringatan zakat apa langsung mempraktekkan bayar zakat..?belum tentu. Tetapi apa yang dilakukan oleh para sunan, para wali dalam bersiar islam. Mengapa ucapannya kok luar biasa, dakwanya dipercaya dan langsung menyentuh ke hati pada perilaku orang yang didakwai. Dalam kitab-kitab tasawuf disebutkan, bahwa wali itu kalua berdakwa nur yang keluar dari hatinya memancarkan terlebih dahulu sebelum ucapannya keluar. “Kalua seperti itu ya yang didawuhi langsung manut,” dawuh Kiai Nur Halim.
Kalau praktisi kepingin mandi suwuke– lanjutkan Kiai Nur Halim– maka salah satu yang ditempuh walisongo adalah memperkuat silatun billah. Ini harus dipupuk. Kalua ada praktsi sangat mandi atau manjur, yakinlah sillatun billahnya sangat kuat. “Karena punya hubungan dengan Alloh swt sangat kuat, maka ucapannya mampu menembus qolbu para pendengar atau pasien yang ditanganinya. Sehingga setiap doanya mampu atau dikabulkan Allah swt”.
Kiai Nur Halim menceritakan, bahwa ada salah satu walinya Allah SWT, Syekh Abdul Qodir Arruaiburi. Suatu ketika ada umat Hindu yang yang mau melakukan ritual di sungai Gangga lewat didepan rumahnya. Lalu Abdul Qodir mengambil air wudlu dan setelah wudlu beliau mengambil batu dan dilemparkan kepada rombongan
ratusan orang hindu tersebut dengan membaca Laa Ilaaha illallah. Secara tiba-tiba ratusan orang hindu tersebut mengucapkan kalimat tauhid, Laa ilaaha illallah dan setelah itu mendatangi Syekh Abdul Qodir dan bersyahadat masuk Islam. Kenapa hal itu bisa terjadi. Karena sillatun Billah.
Karena itu, beliau menyarankan kepada para praktisi untuk meningkatkan Silatun Billah, diantaranya mengaktifkan baca aurat-aurat, wiridan, dengan bertawassul kepada parawali, ulama, guru-guru kita yang masih hidup atau sudah meninggal.
Seperti kisah isro’ mi’roj, Rasulullah melakukan perjalanan secara bertahab, yakni dari langit ke satu sampai ketujuh. Dan setiap langit Rasulullah bertemu dengan para nabi. Ada tujuh nabi yang ditemui. Enam sudah meninggal dan satu masih hidup yakni nabiullah Isa AS. Artinya, sebagai orang NU dan praktisi JRA, untuk meningkatkan derajat keimanan dan derajat diri, maka harus memperbanyak melakukan silatun billah dengan perbanyak tawasul, sowan pada para sesepuh atau leluhurnya, seperti ziarah ke mbah Hasyim Asy’ari dll. Juga ke walisongo. Dan ziarah kepada para kiai yang sudah meninggal syukur-syukur yang masih hidup.
Acara Puncak Harla JRA ke-7 ditutup dengan doa dari KH Nur Halim dan dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan Gus Amak dan diberikan kepda ketua umum, Gus Ali Sofyan. Selamat semoga JRA makin bersemangat dan sukses dengan ridlo Allah SWT. ***
Penulis: H. Sultonul Hadi (Div. Infokom PP JRA)