Jombang, NU Online
Keberadaan ruqyah terkadang masih dipahami keliru. Bahkan ada sebagian orang yang justru fatal dalam memahami dan menerapkan ruqyah ini, sehingga ada kecenderungan membelokkan akidah.
Situasi demikian menjadi salah satu alasan Jam’iyah Ruqyah Aswaja (JRA) Kabupaten Jombang, Jawa Timur menggelar kegiatan JRA Peduli Bangsa yang di dalamnya terdapat acara Ruqyah Massal di Aula Universitas KH Wahab Hasbullah (Unwaha) Tambakberas Jombang, Ahad (19/8).
Pengurus JRA menjelaskan banyak hal terkait ruqyah yang sebenarnya, termasuk manfaat juga tujuan diadakannya ruqyah. “Secara garis besar tujuan dan manfaatnya membentengi Jam’iyah NU dan nahdliyin dari ruqyah minhum (aliran lain) yang di dalamnya rentan membelokkan akidah kita,” kata Wakil Ketua JRA Jombang Ahmad Marzuki Abdau.
Sejauh pengetahuannya, ruqyah yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok di luar afiliasi NU tak sedikit yang justru melarang beberapa macam ajaran serta kebudayaan NU. Hal ini menurutnya akan berdampak terhadap pola pikir meraka terkait tujuan dan manfaat ruqyah yang sesungguhnya.
“Karena seringkali ruqyah di luar NU justru melarang tahlil, ziarah kubur dan sebagainya,” jelasnya.
Pria yang juga salah seorang Tim LBM PCNU Jombang ini menyebutnya, bahwa ruqyah merupakan salah satu cara dari berbagai cara untuk mendakwahkan kepada masyarakat bahwa Al-Qur’an adalah syifa’ (obat) bagi siapapun, baik penyakit medis maupun non medis.
Dan keberadaan ruqyah yang selalu identik dengan kesurupan serta ajang kekerasan menurut dia tidaklah benar. “Kalaupun ternyata ada yang kesurupan, maka kita dakwahi si jin untuk memeluk Islam dan beribadah fokus tanpa lagi mengganggu manusia,” jelasnya. (Syamsul Arifin/Muiz)