Beberapa hari yang lalu, atas permintaan seorang teman, saya diminta untuk datang ke satu Rumah Sakit di daerah Perak Surabaya untuk meruqyah seorang ibu -sebut saja namanya Ibu Juminten- yang sudah 2 hari tanpa henti berteriak mengeluhkan perutnya yang sakit luar biasa.
Pada waktu yang ditentukan, saya pun datang ke rumah sakit. Ibu tersebut tak sedetikpun berhenti meronta-ronta mengeluhkan sakitnya. Sudah 2 hari ia tak juga makan, minumpun hanya bisa sedikit tertelan. Hasil deteksi saya dengan cara tertentu, saya mendiagnosa bahwa penyakit ibu ini tidak sekedar penyakit medis, tapi ada ulah jin yang ikut campur. Firasat saya sangat kuat ada sesuatu yang menjadi ‘sinyal’ di rumahnya yang membuatnya sakit. Ini hanya firasat pribadi dan tentu tidak saya sampaikan di depan keluarga bu Juminten yang ada di Rumah Sakit
Saya meminta anak bu Juminten -Sebut saja namanya Mas Sudrun- untuk menunjukkan foto rumahnya. Setelah mencari di galleri Handphone nya, hanya ada satu foto rumahnya, itupun hanya bagian depan.
Dengan data berupa foto tersebut, saya melakukan deteksi sebagaimana tehnik yang hanya diajarkan Gus Amak kepada Pasukan bawah tanah di JRA.
Di dalam rumah, Ada sebuah tangga berwarna hijau, di bawahnya tergantung beberapa peralatan dapur. Di tengah tangga ada sesosok jin besar yang ketakutan. Sukma saya mencoba berinteraksi dengn sosok jin tersebut. Seolah tahu dengan tujuan saya, si jin menjawab:
“Saya nggak pernah ganggu, hanya sekali saja saya lempar dengan panci sampai ibu tersebut jatuh. Dan itu sudah lama sekali”.
Saya lalu keliling ke rumah tersebut, saya temukan ada dua titik di lantai dan dua titik di dekat atap rumah yang diselipkan buntelan. Energinya begitu kuat.
Lalu saya bertanya kepada Mas Sudrun untuk mengkonfirmasi apa yang saya deteksi.
“Apa betul di dalam rumahmu ada tangga berwarna hijau?” Tanya saya memastikan bahwa yang saya datangi adalah rumah yang tepat.
Saya menanyakan banyak hal lebih detail tentang rumah yang saya datangi, dan anak tersebut membenarkan semuanya; kamar mandi berdinding pink, dua kamar di lantai atas dan lain-lain.
“Di rumah saya lihat ada dua benda yang sengaja dipendam di pojokan rumah dan dua benda diselipkan di bagian atas rumah. Betul?”. Tanya saya lagi.
“Wah kalau itu saya nggak tahu gus” jawab Mas Sudrun.
Bapaknya, sebut saja namanya Pak Joko (suami bu juminten), yang dari tadi ada di ujung kamar dan menyimak perbincangan kami datang dan membenarkan.
“Injeh gus, dulu saya pendam sesuatu, dua di bawah dua di atas. Itu pendemannya dikasih dukun dari Jombang dan dukun tersebut saat ini sudah lama gila”. Ujar si bapak panjang lebar.
Saya pun menjelaskan bahwa adakalanya jimat itu dibolehkan, tapi yang ditanam di rumah bapak ini negatif. Saya juga menjelaskan firasat saya bahwa dari benda inilah ada hal-hal non medis yang karena terlalu lama dibiarkan dan akhirnya menyerang istrinya seperti saat ini dan telah beralih menjadi plus sakit medis.
Kemudian Setelah saya meruqyah ibu Juminten tadi. Saya meminta air sebotol yang telah dicampur garam. Saya pun membaca beberapa ayat dan doa di air tersebut untuk nanti kemudian disiramkan di titik tempat benda-benda yang dipendam tadi di rumahnya.
“Nanti tolong siram lokasi pendeman tempat jimat di rumah sampean dengan air ini. Sambil baca-baca ayat kursi ya ps nyiram. Kalau setelah nyiram dan sampean mau muntah atau tiba-tiba sakit, biarkan saja, biasa seperti itu memang” jelasku kepada mas sudrun.
Lalu saya beranjak pulang. Malamnya Mas Sudrun memberi kabar ke saya bahwa lokasi pendeman di rumah telah dinetralisir dengan air ruqyah tadi, dan setelah disiram dia langsung demam. Saya pun kembali mengingatkan untuk tenang saja, seperti itu memang biasa terjadi. Esoknya, saya dikabari lagi bahwa ibu Juminten telah meninggal dunia di rumah sakit. Inna lillahi wa innaa ilaihi rojiun.
Sekitar sepuluh hari kemudian, Pak Joko menghubungi saya untuk meruqyah rumah dan seluruh anggota keluarganya. Pada hari yang ditentukan saya pun datang. Dan masya Allah, begitu saya melangkah masuk rumahnya, terasa kuat sekali ada hawa negatif cukup kuat. Saya pun membaca Bismillahi laa yadurru ma’asmihi syai’un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas sami’ul ‘alim.
Sebelum proses ruqyah, di depan keluarganya yang juga sudah berkumpul di ruang tamu, Pak Joko menjelaskan bahwa sebenarnya dia adalah seorang dukun. Tapi karena penjelasan saya di Rumah Sakit beberapa hari lalu, dia menjadi sadar untuk segera bertaubat, dia tidak mau hal yang sama terulang kepada keluarganya sebagaimana istrinya yang baru saja meninggal dunia.
“Jimat-jimat dan pusaka-pusaka simpenan masih ada?” Tanya saya sebelum memulai proses ruqyah. “Jika ada tolong bawa ke sini. Yang negatif, biar dinetralisir dulu, setelah itu baru boleh disimpan lagi kalau mau”.
“Nganu gus, sudah saya buang semua kemarin, saya larung di sungai” ujar Pak Joko.
Ketika saya menjelaskan apa saja yang akan dibaca nanti, pak Joko menjelaskan bahwa dia gak hafal ayat kursi. Walau dalam hati saya ingin tepok jidad, saya pun bilang baik gak apa-apa sekarang gak hafal, nanti pas ruqyah sampean komat-kamit saja niat ngikuti bacaan saya, tapi setelah itu wajib harus belajar menghafalkan ayat kursi. Dengan mantap Pak Joko menganggukkan kepala menyanggupi.
Baru saja proses ruqyah dimulai, ketika doa pemutus perjanjian dengan jin dibaca, Mas Sudrun langsung gemeteran, saya mentahdid jinnya untuk keluar baik-baik saja, gak usah marah atau dendam. Dan hanya muntah begitu hebat.
Demikian juga bapaknya, Pak Joko dari awal sampai selesai tak henti-hentinya badannya gemetar dan muntah hingga membutuhkan beberapa plastik kresek.
Dan alhamdulillah, Pak Joko dan keluargnya senang sekali dibersihkan dari hal-hal negatif, kemudian saya mengelilingi dalam rumahnya untuk memeriksa siapa tau ada jin yang masih ‘nyangkut’.
Setelah semua selesai, Sebelum saya beranjak pulang, saya menasehati untuk masing-masing melakukan ruqyah mandiri seperti yang baru dilakukan selama minimal 21 hari, dalam sehari minimal pagi dan menjelang malam.
Alhamdulillah, begitu hebatnya al-Qur’an ini sehingga bisa menjadi wasilah taubat dan sembuhnya seorang dukun. Semoga kita juga semua senantiasa dijadikan oleh Allah Swt. termasuk orang-orang yang bertaubat.
Man Yahdillah fa laa mudillalah, wa man yudhlilh fa laa haadiya lah…
Dikisahkan oleh AGC (Praktisi JRA).
اللهم ارحمنا بالقرآن…..